Perbedaan Reactive AWD vs Predictive AWD
November 5, 2023Dalam industri otomotif Indonesia, sistem penggerak empat roda terbilang masih minim. Kebanyakan mobil yang dipasarkan di Indonesia mengadopsi salah satu dari sistem penggerak roda depan atau penggerak roda belakang. Namun, bukan berarti tidak ada sama sekali, beberapa brand juga meluncurkan produknya dalam format penggerak AWD (All Wheel Drive), misalnya Chevrolet Captiva (discontinued), Cherry Omoda 5 GT, Hyundai Palisade, hingga semua lini Subaru (XV, Forester, sampai Outback).
Aplikasi AWD pada dasarnya diciptakan untuk mendapatkan traksi lebih baik pada roda sehingga dapat meningkatkan unsur safety dan memungkinkan kendaraan untuk sedikit light off-road. Berdasarkan cara kerjanya, sistem AWD dibedakan menjadi dua jenis umum, yaitu Reactive AWD dan Predictive AWD.
1. Memahami Cara Kerja Reactive AWD
Pada sistem reactive AWD, secara default, sistem penggerak adalah penggerah dua roda (umumnya FWD). Berbagai sensor yang ditanamkan pada mobil akan mendeteksi medan yang dilewati melalui seberapa besar traksi yang didapat oleh roda.
Ketika traksi pada roda depan berkurang atau hilang, sistem akan bereaksi dan mengaktifkan AWD dengan mengalirkan traksi ke roda belakang baik dengan sistem hidrolis maupun kopling. Jadi sistem AWD hanya akan aktif ketika bereaksi pada medan tertentu ketika dibutuhkan.
Sistem reactive AWD memang memerlukan berbagai sensor untuk memonitor traksi, namun sistem ini relatif lebih sederhana dan lebih murah. Selain itu, ketika sistem AWD tidak digunakan, konsumsi BBM tentu lebih efisien.
Baca Juga: Bedanya Symmetrical AWD Subaru Dibandingkan AWD Lain
2. Memahami Cara Kerja Predictive AWD
Sesuai namanya, predictive AWD adalah sistem AWD yang memprediksi medan dan mengaktifkan sistem AWD sebelum ban kehilangan traksi. Hal ini membuat sistem ini lebih andal ketika melewati medan yang tidak menentu secara tiba-tiba.
Predictive AWD konvensional umumnya selalu menggunakan keempat rodanya secara terus menerus namun dengan proporsi penyaluran tenaga setiap ban yang bisa berubah, tergantung kondisi medan. Di sisi lain, sistem predictive AWD pada mobil modern memungkinkan hanya menggunakan dua roda saja ketika dibutuhkan, namun dibantu dengan sensor-sensor yang lebih kompleks untuk memprediksi traksi yang umumnya mendeteksi suhu udara luar, estimasi selip pada roda, input stir, bahkan hingga distribusi bobot mobil setelah diisi penumpang dan/atau barang.
Akan tetapi, banyaknya sensor yang digunakan untuk mendeteksi berbagai variabel membuat sistem predictive AWD menjadi lebih rumit dan lebih mahal untuk diproduksi. Selain itu, predictive AWD tradisional yang selalu mengaktifkan sistem AWD-nya membuat konsumsi BBM menjadi lebih boros.
3. Reactive AWD vs Predictive AWD
Hingga saat ini, baik reactive AWD maupun predictive AWD masih diaplikasikan pada industri otomotif. Produsen menentukan sistem AWD mana yang akan diadopsi tentu mempertimbangkan berbagai hal, seperti tujuan hingga biaya produksi. Kedua sistem ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Baca Juga: Sasis Ladder-Frame vs Monokok, Pilih Mana?
Perbandingan Karakteristik Reactive AWD dan Predictive AWD
Reactive AWD | a. Lebih sederhana dan murah b. Ada delay pada saat engage sistem AWD di medan tertentu c. Konsumsi BBM lebih irit ketika hanya menggunakan dua roda |
Predictive AWD | a. Lebih cekatan mendapatkan traksi pada medan yang sulit b. Konstruksi sistem AWD yang lebih rumit dan mahal c. Predictive AWD tradisional yang selalu menggunakan ke-empat rodanya membuat konsumsi BBM lebih boros |